
Sumber Gambar: Halodoc
Menurut definisi yang diberikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), stunting adalah kondisi gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi, serangan infeksi, dan kurangnya stimulasi yang memadai. Stunting juga dianggap sebagai permasalahan gizi yang bersifat kronis, terkait dengan keadaan malnutrisi yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi di masa lalu.
Data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mencatat bahwa Pada semester I-2023, terdapat sebanyak 13,1 juta keluarga yang berisiko mengalami stunting dan semester II-2023 jumlah tersebut mengalami penurunan menjadi 11,3 juta keluarga. Angka tersebut tentulah terbukti mengalami penurunan tetapi tetap menjadi suatu masalah bagi bangsa Indonesia.
Cara mengenali stunting ini sendiri dapat diidentifikasi melalui beberapa gejala, antara lain:
- Penampilan wajah yang terlihat lebih muda dibandingkan dengan anak seusianya.
- Pertumbuhan tubuh dan perkembangan gigi yang mengalami keterlambatan.
- Kemampuan fokus dan daya ingat belajar yang kurang baik.
- Keterlambatan dalam memasuki fase pubertas.
- Pada usia 8-10 tahun, kecenderungan anak untuk menjadi lebih pendiam dan kurang berinteraksi melalui kontak mata dengan orang di sekitarnya.
- Berat badan anak yang lebih rendah dibandingkan dengan anak seusianya.
Namun, perlu diingat bahwa postur tubuh anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk genetika, hormonal, dan asupan nutrisi. Ada kemungkinan anak memiliki tinggi badan pendek karena faktor genetik atau hormonal tanpa mengalami stunting. Meskipun begitu, stunting tidak hanya berkaitan dengan tinggi badan pendek, melainkan juga melibatkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan akibat kekurangan nutrisi.
Untuk mencegah stunting, perlu dilakukan upaya pencegahan kekurangan asupan gizi sejak bayi masih dalam kandungan, dengan memastikan bahwa ibu hamil memenuhi kebutuhan nutrisinya. Oleh karena itu, diperlukan pemenuhan gizi dan layanan kesehatan yang memadai bagi ibu hamil. Penting juga untuk memastikan kecukupan nutrisi selama kehamilan, seperti dengan mengonsumsi makanan yang seimbang dan bergizi, seperti ikan, telur, buah, dan sayur. Upaya lainnya melibatkan menjaga kebersihan sanitasi, menyediakan air bersih, dan secara rutin membawa anak ke posyandu setidaknya satu bulan sekali.
Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan gizi ibu memiliki dampak penting pada perilaku pemberian makanan kepada balita ataupun pada masa kehamilan. Faktor ini menjadi salah satu elemen yang signifikan dalam kasus stunting. Peran ibu, sebagai orang tua, memiliki peran krusial dalam memastikan pemenuhan gizi anak, terutama mengingat pertumbuhan dan perkembangan mereka yang pesat. Dalam usaha menyediakan gizi yang optimal, pengetahuan gizi yang memadai dari orang tua, terutama ibu, menjadi kunci.